Membangun Peradaban Melalui Pembinaan Umat
Ustadz Fahrur Rozi
_Ketua Bidang Pembinaan Umat DPD PKS Sidoarjo_
Di tengah derasnya arus globalisasi dan tantangan moral zaman moderen, umat Islam membutuhkan pembinaan yang kokoh, pembinaan yang bukan hanya menyentuh sisi ritual, tetapi juga memperkuat akhlak, ukhuwah, dan kesadaran sosial. Pembinaan umat bukan sekadar program dakwah sesaat, tetapi merupakan proses berkelanjutan untuk menumbuhkan kualitas iman, ilmu, dan amal di tengah masyarakat.
Allah Ta‘ala berfirman dalam Al-Qur’an:
“Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia; kalian menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, serta beriman kepada Allah.”
(QS. Ali ‘Imron 3:110)
Ayat ini menegaskan bahwa kemuliaan umat Islam terletak pada peran aktifnya dalam membina dan memperbaiki masyarakat, bukan sekadar pada identitas keislaman. Pembinaan umat berarti menghidupkan kembali peran amar ma’ruf nahi munkar dalam setiap aspek kehidupan keluarga, pendidikan, sosial, hingga pemerintahan.
Dalam konteks keislaman, pembinaan umat mencakup upaya membentuk kepribadian Muslim yang beriman, berilmu, dan berakhlak mulia, serta mampu menjadi rahmat bagi sesama.
Rasulullah SAW bersabda:
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.”
(HR. Tabrani)
Hadis ini menjadi ruh dari pembinaan umat. Bahwa hasil akhirnya bukan hanya sekadar banyaknya umat yang terbina, tetapi lahirnya pribadi-pribadi yang memberi manfaat nyata bagi lingkungannya.
Tujuan Pembinaan Umat
1. Menumbuhkan kesadaran iman dan takwa.
Iman yang hidup akan melahirkan amal yang nyata. Pembinaan umat bertujuan menanamkan keyakinan mendalam bahwa hidup ini adalah ibadah dan ujian menuju keridaan Allah SWT.
2. Membentuk akhlak mulia.
Rasulullah SAW diutus bukan semata membawa hukum, tetapi untuk menyempurnakan akhlak. Akhlak adalah wajah Islam yang paling mudah dilihat dan dirasakan oleh masyarakat.
3. Meningkatkan solidaritas dan ukhuwah.
Umat yang kuat adalah umat yang saling menolong dalam kebaikan.
Allah SWT berfirman:
“Tolong-menolonglah kalian dalam kebaikan dan takwa.”
(QS. Al-Maidah 5: 2)
4. Mewujudkan masyarakat Islami yang berkeadilan.
Pembinaan umat melahirkan masyarakat yang menjunjung kejujuran, amanah, dan tanggung jawab sosial. Umat seperti inilah yang menjadi pondasi bagi peradaban Islam yang berkemajuan.
Pembinaan Umat Berbasis Al-Qur’an dan Sunnah.
Segala arah pembinaan harus bersumber dari wahyu, bukan sekadar trend atau kepentingan politik semata. Al-Qur’an adalah petunjuk hidup yang menyinari setiap langkah pembinaan.
Pembinaan umat dengan keteladanan.
Umat tidak akan terbina hanya dengan ceramah, tetapi dengan uswah hasanah (contoh nyata). Rasulullah SAW berhasil membina para sahabat bukan dengan kata-kata semata, melainkan melalui akhlak dan kesungguhan beliau dalam beramal.
Pembinaan umat secara bertahap dan berkelanjutan.
Pembinaan umat tidak bisa instan, Ia menuntut kesabaran, kontinuitas, dan perencanaan yang matang. Nabi SAW membina umat selama 23 tahun, dari Makkah hingga Madinah, dengan strategi yang bertahap. Mulai dari pembinaan aqidah, kemudian ibadah, dan akhirnya pembinaan sosial politik.
Pembinaan umat dengan melibatkan seluruh elemen masyarakat.
Pembinaan umat adalah tugas
Setiap Muslim, sekecil apa pun perannya, memiliki kewajiban berkontribusi. Seorang guru, pedagang, pemimpin, atau orang tua semuanya dapat menjadi pembina dalam lingkupnya masing-masing.
Tantangan Pembinaan Umat di Era Modern
Pembinaan umat di zaman moderen ini menghadirkan tantangan besar, arus informasi yang tidak terkendali, budaya materialistik, dan lemahnya keteladanan. Banyak umat yang terombang-ambing antara nilai Islam dan gaya hidup sekuler.
Di sinilah pentingnya pembinaan yang menyentuh hati dan menghidupkan ruh iman, bukan sekadar menambah pengetahuan. Pembinaan harus mampu menjawab kebutuhan zaman dengan pendekatan yang relevan: dakwah digital, komunitas pemuda, majelis ilmu kreatif, hingga gerakan sosial berbasis masjid.
Pembinaan umat harus dimulai dari pembinaan diri.
Bisa dikatakan mustahil, apabila kita memperbaiki masyarakat tanpa dimulai dari memperbaiki pribadi.
Allah Ta‘ala berfirman:
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, hingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri.”
(QS. Ar-Ra‘d 13:11)
Maka, setiap Muslim harus menjadi pembina bagi dirinya sendiri. Menjaga iman, memperbaiki akhlak, dan memperkuat ukhuwah.
Dari pribadi-pribadi yang terbina inilah akan lahir masyarakat yang kuat, umat yang mulia, dan peradaban Islam yang kembali berjaya.