Pengamanan adalah suatu usaha atau tindakan untuk melindungi sesuatu (sumber daya manusia, aset dan kegiatan) dari ancaman agar tetap aman dan berfungsi sebagaimana mestinya, secara terus menerus atau dalam jangka waktu tertentu.
Pada masa awal Islam di Makkah, dakwah Rasulullah SAW dan para sahabat masih dilakukan secara rahasia, karena saat itu belum memiliki kekuatan politik maupun militer. Strategi pengamanan dakwah dilakukan dengan memilih tempat yang terpencil dan lebih menekankan pada kekuatan moral, spiritual dan sosial.
Peristiwa hijrah dari Makkah ke Madinan adalah tanda perubahan besar dalah sejarah Islam terutama bidang politik, militer dan pertahanan. Dimulai dari menata fondasi sosial, politik dan diplomatik dengan membangun Masjid Nabawi, mepersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar, serta membuat Piagam Madinah.
*Awal Pembentukan Pasukan (Masa Sebelum Perang Badar)*
Setelah fondasi sosial dan politik mapan, Rasulullah SAW mulai membangun struktur militer dengan membentuk satuan-satuan pasukan kecil (Sariyyah) dan melakukan ekpedisi perang (Ghazwah) yang berfungsi untuk melindungi wilayah, memantau pergerakan musuh, dan mengamankan jalur perdagangan. Tujuan utama untuk pertahanan dan keamanan Madinah.
*Perang Waddan atau Perang Al Abwa’*
Rasulullah SAW keluar dari Madinah dalam rangka untuk menyerang orang-orang Quraisy dan Bani Dzamrah. Namun, beliau dan Bani Dzamrah melakukan perdamaian. Peristiwa ini dikenal sebagai Perang Waddan atau Perang Al Abwa”, perang pertama yang dilakukan oleh Rasulullah SAW.
*Sariyyah Ubaidah Bin Al Harits*
Berjumlah enam puluh atau yujuh puluh personil dari kaum Muhajirin, dan tidak menyertakan satu personil pun dari kaum Anshar. Sariyyah ini dipimpin oleh Ubaidah Bin Al Harits. Sariyyah ini keluar dari Madinah hingga tiba di mata air Hijaz di bawah Tsaniyyatul Marah. Di sana bertemu dengan banyak sekali orang-orang Qiraisy, namun tidak terjadi perang. Saat itu, Sa’ad Bin Abi Waqqash melesatkan anak panahnya yang menjadi anak panah pertama yang dilesatkan dalam Islam. Pada akhirnya kedua belah pihak meninggalkan yang lainnya.
*Sariyyah Hamzah Bin Abdul Muththalib*
Di saat yang bersamaan dengan Sariyyah Ubaidah Bin Al Harits, Rasulullah SAW juga membentuk Sariyyah yang dipimpin oleh Hamzah Bin Abdul Muththalib, dengan membawa tiga puluh pasukan dari kaum Muhajirin menuju Siful Bahri di daerah Al Ish, tanpa melibatkan kaum Anshar. Pasukan ini bertemu dengan Abu Jahal bersama dengan tiga ratus orang Makkah. Namun, ditengahi oleh Majdi Bin Amr Al Juhani sehingga tidak terjadi perang dan masing-masing kembali ke tempatnya.
*Perang Buwath*
Setelah perang Waddan, Rasulullah SAW kembali keluar Madinah dengan memimpin dua ratus pasukan untuk menghadang kafilah dagang Quraisy. Tiba di Buwath, pasukan tidak bertemu, sehingga tidak terjadi peperangan.
*Perang Dzul ‘Usyairah*
Ekspedisi perang ini dilakukan oleh Rasulullah SAW bersama 150-200 pasukan. Tujuannya untuk menghadang kafilah dagang Quraisy. Sesampainya di Dzul ‘Usyairah, kafilah yang dihadang ternyata sudah melewatinya beberapa sebelumnya, sehingga tidak terjadi peperangan. Pada ekspedisi perang kali ini, Rasulullah SAW menjalin perjanjian damai dengan Bani Mudlij dan sekutu mereka dari Bani Damrah.
*Sariyyah Sa’ad Bin Abi Waqqash*
Rasulullah SAW mengirim Sa’ad Bin Abi Waqqash bersama delapan orang pasukan yang terdari kaum Muhajirin. Pasukan berangkat hingga tiba di Al Kharrar di Hijaz, kemudian pulang kembali tanpa ada peperangan. Sebagian ulama menyebutkan bahwa pengiriman terjadi setelah Sariyyah Hamzah Bin Abdul Muththalib.
*Perang Safawan*
Belum genap sepuluh malam tiba di Madinah setelah pulang dari perang Dzul ‘Usyairah, Kurzu Bin Jabir Al Fuhri menyerang sekawanan hewan ternak Madinah, lalu Rasulullah SAW keluar mengejarnya hingga sampai di lembah Safawan. Rasulullah SAW tidak berhasil menangkap dan Kurzu Bin Jabir Al Fuhri lolos dari kejaran. Kemudian Rasulullah SAW kembali ke Madinah.
*Sariyyah Abdullah Bin Jahsy*
Sariyyah Abdullah Bin Jahsy merupakan cikal bakal sistem intelijen pertama dalam Islam. Bersama delapan personil dari kaum Muhajirin. Rasulullah SAW menulis surat kepada Abdullah Bin Jahsy dan memerintahkannya untuk tidak membukanya kecuali setelah berjalan dua hari.
Setelah berjalan dua hari, Abdullah Bin Jahsy membuka surat tersebut yang intinya Rasullullah SAW memerintahkan untuk melakukan pengintaian orang Quraisy dan melaporkan hasilnya kepada Rasulullah SAW. Namun akhirnya mereka memutuskan menyerang siapa saja dan mengambil apa saja yang bisa diambil dari kafilah dagang Qiraisy, sedangkan saat itu memasuki bulan haram. Kemudian mereka pulang ke Madinah dengan membawa unta dan dua tawanan.
Ketika Abdullah Bin Jahsy dan pasukannya menghadap Rasulullah SAW, beliau mengecam karena mereka membunuh di bulan haram dan tidak mengambil unta dan tawanan yang dibawa. Para sahabat yang lain juga ikut mengecam keras tindakan mereka. Abdullah Bin Jahsy dan pasukannya pun menyesali perbuatan mereka.
Sementara itu orang-orang Quraisy dan orang-orang Yahudi menyudutkan kaum muslimin dan beramai-ramai menyebarkan peristiwa tersebut. Ketika orang-orang banyak membicarakan kasus tersebut, turunlah firman Allah SWT yang terdapat dalam surah Al Baqarah ayat 217, yang menjelaskan tindakan kaum Quraisy menghalangi manusia dari jalan Allah, menghalangi masuk Masjidil Haram, dan mengusir penduduknya, lebih besar dosanya daripada membunuh di bulan haram. Maka, seketika itu hilanglah kesedihan dari hati kaum muslimin.
*Hikmah*
1. Sariyyah dan Ghazwah merupakan latihan kesiapsiagaan dalam segala kemungkinan
2. Sariyyah dan Ghazwah merupakan latihan kedisiplinan dan ketaatan
3. Sariyyah dan Ghazwah merupakan latihan kemampuan intelijen
4. Sariyyah dan Ghazwah menandai lahirnya kekuatan pertahanan dan keamanan
5. Sariyyah dan Ghazwah mampu membangun hubungan diplomatik untuk memperkuat posisi politik
6. Sariyyah dan Ghzwah merupakan strategi pertahanan berlapis sebagai persiapan perang Badar
*Wallahu’alam bis showab*
*Wallahul muwafiq ila aqwamith thariq*
Salam SIAGA, BERANI, SETIA
Ketua Bidang Kepanduan dan Bela Negara
PKS Kabupaten Sidoarjo